Ads 468x60px

Saturday, October 8, 2016

7 Prinsip Pembelajaran Kontekstual



Sumber Ilustrasi: https://pbaiaincirebon.wordpress.com/2011/11/15/model-pembelajaran-kontekstual-learning-dan-implikasinya/




Proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat perencanaan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual yang selama ini telah diperkenalkan kepada guru di seluruh Indonesia.


Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Menurut Damayanti (2014) prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan berikut ini.

1.      Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang  menyusun atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka.
2.      Pertanyaan
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa belajar  mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun pertanyaan yang dapat diuji dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti, interpretasi, dan penjelasan.
3.      Inkuiri
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.
4.      Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dengan kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan cermat dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih baik daripada belajar individual.
5.      Pemodelan
Pemodelan adalah  proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir dengan mengeluarkan suara keras dan mendemobnstrasikan apa yang akan dikerjakan siswa. Pada saat pemblajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru bukan sau-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
6.      Refleksi
Refleksi dilakukan agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi, tanya jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi komentar karya, dan catatan pada buku harian.
7.      Penilaian Autentik
Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan beragai metode penulisan alternatif. Bebagai metode tersebut memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar lingkungan sekolah.

Inilah beberapa prinsip-prinsip pebeajaran kontekstual yang dapat memperkaya pengetahuan kita dan agar dapat diimplementasikan pada saat proses belajar mengajar berlangsung.


Sumber: Damayanti, Deni. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Araska: Yogyakarta.

0 comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

Visitor

Flag Counter
 
Blogger Templates